15.1
TEORI KONSUMSI DAN TABUNGAN RUMAH TANGGA
Konsumsi
merupakan kajian penting dalam perekonomian nasional karena merupakan komponen
pokok pengeluaran agregat dan apa yang tidak dikonsumsi atau apa yang ditabung
digunakan untuk investasi.
Secara
teoritis dalam kegiatan makroekonomi, kegiatan besar dalam mengkonsumsi
dilakukan oleh 2 sektor utama yaitu sektor pemerintah (G) dan rumah tangga (C).
Teori konsumsi rumah tangga yang paling banyak dibahas dalam ilmu ekonomi
umumny adalah teori konsumsi model Keynes, teori konsumsi model Friedman, model
Modiagliani, dan analisis Duesenbery.
Besar
kecilnya konsumsi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1.
Tingkat
pendapatan dan kekayaan. Tinggi rendahnya daya konsumsi
seseoranga atau masyarakat berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat
pendapatan. Artinya bila pendapatannya tinggi maka konsumsi nya semakin tinggi
(baik dalam jumlah maupun dalam nilai) karena ini berhubungan dengan pemenuhan
kepuasan yang tak terbatas. Apabila pendapatannya rendah maka konsumsi nya juga
relatif rendah karena berhubungan dengan keinginan bertahan hidup, jadi
konsumsi untuk bertahan hidup dan pemenuhan kepuasan yang tinggi semuanya
karena faktor pendapatan. Selain pendapatan, kekayaan juga sangat berpengaruh.
Dengan tingkat kekayaan tertentu maka meskipun pendapatan aktualnya menurun
dari periode sebelumnya bisa saja tingkat konsumsi nya sama dengan konsumsi
sebelumnya atau bahkan tingkat konsumsi nya lebih besar dari kenyataan
pendapatannya.
2.
Tingkat
suku bunga dan spekulasi. Bagi masyarakat tertentu ada kalanya mau
mengorbankan konsumsi untuk mendapatkan perolehan yang lebih besar dari suku
bunga yang berlaku dari uang yang ditabung, sehingga manakala suku bunga tinggi
konsumen masyarakat berkurang meskipun pendapatannya tetap. Selain suku bunga,
tingkat spekulasi masyarakat juga mempengaruhi tingkat konsumsi, masyarakat
bisa saja mengurangi konsumsinya karena berharap pada hasil yang besar dari
uang yang dikeluarkan untuk main di pasar saham atau obligasi (menunda konsumsi
tinggi) dengan harapan tentunya akan bisa melakukan konsumsi yang lebih besar
apabila dalam kegiatan spekulasi itu mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.
3.
Sikap
berhemat. Antara sikap berhemat dengan peningkatan
kapasitasproduksi nasional memang terjadi paradoks. Untuk memperbesar kapasitas
produksi nasional maka konsumsi haruslah ditingkatkan. Akan tetapi disisi lain
untuk meningkatkan pendanaan dalam negri agar investasi dapat berjalan dengan
mudah dan relatif murah serta aman maka tabungan masyarakat perlu ditingkatkan.
Manakala tingkat perekonomian sudah mencapai kondisi ideal biasanya
masyarakatnya akan cenderung hidup berhemat sehingga akan memperbesar proporsi
tabungan diri pada proporsi konsumsi dari pendapatannya.
4.
Budaya,
Gaya hidup (pamer, gengsi, dan ikut arus) dan demonstration effect. Gaya hidup masyarakat yang
cenderung mencontoh konsumsi menjadikan konsumsi masyarakat terpengaruh.
Konsumsi untuk produk-produk yang belum saat ini dibutuhkan dan dibeli hanya
demi gengsi dan mengikuti arus membuat tingkat tabungan masyarakat menjadi
rendah. Demikian juga halnya dengan dampak demonstation
effect yang menjadikan pola konsumsi masyarakat yang terlalu konsumtif
sehingga akan mengurangi tingkat tabungan.
5.
Keadaan
perekonomian. Pada saat perekonomian dalam kondisi stabil
maka kondisi masyarakat juga akan stabil. Akan tetapi, manakala perekonomian
mengalami krisis maka biasanya tabungan masyarakat akan menjadi rendah dan konsumsi
akan menjadi tinggi karena kurangnya kepercayaan pada lembaga perbankan dan
semakin mahalnya dan langkanya barang-barang kebutuhan.
Sumber : Putong,
Iskandar. 2010. Economics Pengantar Mikro
Dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media